Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 2

Aflahsentosa.com - Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 2. Pada postingan sebelumnya aflahsentosa.com sudah memposting cerita mengenai sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar dengan judul Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, Bagian 1. Dan kesempatan kali ini melanjutkan cerita Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, yang sudah di posting sebelumnya.

Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq

Jumlah kaum muslim masih teramat sedikit. Tidak lebih dari 40 orang. Siapa yang tidak menginginkan jumlah mereka bertambah? Oleh karenanya, Abu Bakar meminta Rosulullah berdakwah terang-terangan. Mulanya, Rosulullah menolak karena jumlah mereka yang masih sedikit. Jelas mereka belum mampu menghadapi kekerasan yang mungkin dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Namun, Abu Bakar terus memohon hingga Rosulullah mengabulkan.

Kaum muslim pergi ke Ka'bah dan berpencar ke beberapa sudut. Sementara itu, Abu Bakar berdiri di depan Ka'bah dan menyeru agar orang-orang memeluk islam. Dia menjadi khatib pertama di Mekkah ynag menyeru ke jalan Allah.

Kaum musyrikin di sekitar Ka'bah terganggu dengan seruan Abu Bakar. Maka, seolah diberi perintah, mereka serempak mendatangi Abu Bakar. Mereka menyeret Abu Bakar dan memukulinya. Utbah bin Rabi'ah memukul wajah Abu Bakar dengan sepasang sepatu bersol dan menginjak perut Abu Bakar. Abu Bakar hanya pasrah karna tak mampu menghindar.

Beruntung, Bani Tamim, kabilah Abu Bakar menemukannya. Kondisi Abu Bakar amat mengkhawatirkan. Tubuhnya babak belur, kain bajunya robek sana sini. Wajah Abu Bakar juga penuh luka dan hampir tidak dikenali.

Abu Bakar ditandu ke rumahnya dengan kain. Sesampainya di rumah, Abu Bakar segera dirawat oleh sanak kerabatnya. Saking parahnya luka yang diderita, Abu Bakar baru membuka mata pada sore harinya.
Saat Abu Bakar bangun dan mencoba berbicara, seluruh Bani Tamim bersyukur. Namun demikian, mereka terkesiap dengan pertanyaan Abu Bakar.

"Bagaimana keadaan Rosulullah?"

Tidak ada satupun kerabatnya yang menjawab. Mereka berusaha membujuk Abu Bakar untuk makan dan minum terlebih dahulu.

"Bagaimana keadaan Rosulullah?" Abu Bakar tidak mengindahkan tawaran makan dan minum. Dibenaknya hanya ada soal keselamatan Rosulullah. Dia amat khawatir jika setelah memukulnya, kaum kafir Quraisy akan mendatangi Rosulullah dan melakukan hal yang sama.

Abu Bakar baru berhenti menanyakan kabar Rosulullah setelah salah satu kerabatnya meyakinkan bahwa Rosulullah baik-baik saja.

Ketika hari telah petang, Abu Bakar lekas berkemas dan mendatangi kediaman Rosulullah ditemani ibunya. Hatinya amat lega setelah mengetahui Rosulullah baik-baik saja. Pun demikian dengan Rosulullah, beliau langsung memeluk Abu Bakar. Beliau berduka melihat luka di sekujur badan Abu Bakar.

"Ya Rosulullah, demi Allah, aku tidak apa-apa, kecuali pukulan si fasik itu kepada wajahku. Ibi ibuku, amat sayang kepada anaknya. Anda adalah orang yang membawa berkah. Karena itu, ajaklah dia masuk islam dan doakanlah dia. Semoga Allah menyelamatkan dia dari neraka melalui tangan anda."

Rosulullah pun mendoakan ibu Abu Bakar dan menyerunya masuk islam. Akhirnya, ibu Abu Bakar memeluk islam. Demikianlah kasih sayang Abu Bakar kepada Rosulullah dan sebaliknya.

Disarikan dari buku paket #MuhammadTeladanku : Rosul Penyayang

Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 2"