Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 1.

Aflahsentosa.com - Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 1. Pada kesempatan kali ini, aflahsentosa.com akan berbagi mengenai kisah teladan dari sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar. Siang itu amatlah terik. Abu Bakar berjalan menyusuri pasar di kota Mekkah. Amat besar kerinduannya kepada Muhammad, sahabatnya. Telah lama sahabat itu tidak berkumpul dalam majelis kaumnya. Kabar yang dia dengar, Muhammad sering menghabiskan waktunya untuk menyepi di Gua Hira.

Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq

Sebagai seorang sahabat, Abu Bakar amat mengagumi kepribadian Muhammad. Seorang yang jujur, dermawan, terpercaya dan banyak sifat baik melekat padanya. Yang terpenting, Muhammad tidak menyembah berhala yang berjejer mengelilingi ka'bah. Begitupun Abu Bakar, tidak terbeslit dalam pikirannya bahwa patung-patung itu akan memberinya kebermanfaatan.

Abu Bakar merupakan pengikut Hanifiah. Mereka adalah sekumpulan kecil orang Mekkah yang masih memegang teguh ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kebanyakan mereka adalah golongan tua. Adapun Muhammad, kendati dia tidak terang-terangan menjadi pengikut Hanifiah, tetapi perangai dan perilakunya mencerminkan ajaran Hanifiah.

"Hei, sudahkah engkau mendengar tentang Muhammad?" seru seorang lekaki di kerumunan. Hal itu menarik hati Abu bakar.

"Apa yang terjadi dengannya?" seru yang lain.

"Dia memgaku utusan Tuhan dan mencela para berhala yang kita letakkan di sekeliling ka'bah!"

"Benarkah? Bukankah dia telah berdusta?"

"Iya, bagaimana mungkin, dia dengan terus terang menghina sesembahan nenek moyang orang Arab?"

Abu Bakar tidak tahan mendengar kelanjutam bisik-bisik itu. Diayunkanlah kakinya menuju kediaman Rosulullah.

"Wahai Muhammad, benarkah apa ynag dikabarkan masyarakat Quraisy? Benarkah engkau telah merendahkan akal mereka, mengkafirkan para orang tua dari mereka karena mereka menyembah patung?" Abu Bakar meminta kejelasan dari sahabatnya.

Rosulullah menatap lekat Abu Bakar.

"Benar. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku adalah NabiNya. Dia mengutusku untuk menyampaikan ajaranNya. Demi Allah, aku mengajakmu, wahai Abu Bakar. Sembahlah Alah semata, yang tidak ada sekutu bagiNya. Janganlah engkau sembah sesuatupun selain Allah. Aku menyeru dan mengajakmi untuk berjanji agar senantiasa taat kepadaNya."

Meyakini bahwa Muhammad tidak mungkin berdusta, Abu Bakar tidak berpikir dua kali. Saat itu juga, dirinya berikrar syahadat. Rosulullah amat bersyukur dengan keislaman Abu Bakar dan kemudahan dia dalam menerima kebenaran. Tak hanya itu, Abu Bakar segera mengabarkan keislamannya kepada kerabat dan membawa serta beberapa orang untuk bergabung. Di antara mereka adalah Utsman bin affan dan Sa'ad bin Abu Waqqash.

"Tiap kali aku menawarkan seseorang untuk bergabung dengan islam, selalu ada keraguan di hati mereka. Namun, tidak demikian dengan Abu Bakar. Tidak ada keraguan sedikitpun di hatinya," puji Rosulullah untuk Abu Bakar.

Untuk mengetahui kelanjutan dari kisah sahabat Nabi, Bulir-bulir cinta As Shiddiq, sobat bisa baca Bulir-bulir cinta As Shiddiq bagian 2 disini

Disarikan dari buku paket #64SahabatTeladanUtama

Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Nabi : Bulir-bulir Cinta As Shiddiq, bagian 1."